Kekerasan Fisik, Germas PPA Dampingi Korban Peru
KAMPAR,(Teropongbangsa.com)- Kasus dugaan kekerasan fisik terjadi kembali di pondok pesantren (Ponpes) Darul Qur'an, Jalan Kubang Raya, Tarai Bangun, Kecamatan Tambang, Kampar, Riau.
Kasus dugaan kekerasan fisik, yang dialami Fahri Aryan Syaputra, seorang santri yang tengah mondok di Ponpes Darul Qur'an, terjadi pada akhir Juli.
Fahri mengalami kekerasan fisik yang dilakukan seniornya (kakak santrinya). Dia (Fahri) mengalami kekerasan dimana kepalanya diinjak oleh kakak kelasnya.
Orangtua Fahri yang mendapatkan pengaduan dari anaknya, segera berusaha menghubungi ustad di Ponpes Darul Qu:an. Namun, tidak satu ustadz pun yang dihubungi, mau mengangkat dan menjawab telepon dari otangtua Fahri.
"Saya tidak mau menunggu lebih lama, saya dengan didampingi pengurus Gerakan Masyarakat Perlindunga Perempuan dan Anak (Germas PPA) Rika langsung menuju pondok," ujar Ibu Fahri.
Saat masih di tengah perjalanan, diceritakan Ibu korban, salah satu ustad Ponpes Darul Qur'an menghubunginya dan mengatakan, hal seperti itu (kekerasan) tidak apa apa.
"Gak apa-apa Bu, biar kami saja yang menyelesaikan masalah ini," kata si ustadz, dalam telepon.
Pengurus Germas PPA Rika menjelaskan, pihaknya mendampingi ibu korban berusaha untuk menyelesaikan masalah tapi tidak ada titik temu.
Bahkan, dia mengaku cukup kaget ketika mendengar perkataan salah satu ustadz bahwa kekerasan yang dialami Fahri merupakan hal yang biasa terjadi di Ponpes itu.
"Kami pun dulu juga mengalami kekerasan seperti itu, tapi kami tidak apa-apa dan kami berhasil," ujar ustadz tersebut.
Mendengat jawaban itu, Rika dari Germas PPA menyatakan tidak bisa melihat kekerasn yang dialami anak, yang sedang melaksanakan pendidikan.
"Kami lantas mengantar korban ke RS untuk penanganan lebih lanjut," ujar Rika.
Menurutnya, karena tidak ada niat baik dari pihak Ponpes, akhirnya Rika membawa korban dan ibunya, untuk mengadukan masalah dugaan kekerasan ke reskrim Polda Riau.
Di bagian lain, dari pihak Ponpes Ustad Sulaiman, selaku Kepala Sekolah menyatakan, tindakan semacam itu (kekerasan fisik) merupakan hal biasa di Ponpes.
"Saya saja dulu serimg juga mngalami hal kayak gini. Nyatanya saya sukses dan gak akan ada asap kalau gak ada api. Anak-anak ini memganiaya Fahri (korban) pasti ada alasannya," tutur si Kepala Sekolah.***
Sumber: Suarakarya.id